Just another adventure cycling enthusiast. Want to make friend with nature.

Ini cerita pengalaman saya Jelajah Sepeda 2012, tepat setahun setelah Jelajah Sepeda 2011. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, dari pengalaman Jelajah Sepeda 2011 ke Pandeglang kali ini saya mengambil jalur yang lebih datar yang tidak terlalu berat.

Tidak terlalu mendaki memang betul namun jalur datar Pantura Jawa Barat ini mempunyai tantangannya sendiri dan banyak sekali pengalaman baru serta teman2 baru yang saya dapat.

Pelajaran berharga pertama adalah istirahat cukup sehari sebelum berangkat. Ini tidak sempat saya lakukan karena sampai jam 5 sore masih ada kerjaan conference call dengan client di Hongkong. Kemudian setelah itu, saya dan istri masih mencari camera connector untuk iPad dan rompi yang banyak kantongnya. Baru pulang kerumah jam 10 malam Dan mulai berbenah jam 11 malam. Walhasil selesai berbenah sudah jam 3 pagi, tidur 2 jam dan bangun jam 5. Jam 6 pagi berangkat ngegowes.

20120519-000514.jpg

Dari rumah di Kalipasir, Cikini meluncur menuju Kramat Raya, belok kanan kearah Pasar Senen di lampu merah Atrium Senen lalu menyusur jalan dibelakang Pasar Senen (namanya lupa). Lalu belok kanan ke Jalan Angkasa menuju Jl. Benyamin Sueb yang dulunya adalah landasan pacu Bandara Kemayoran jadul.

Sudah banyak yang mulai berolahraga sepeda di pagi itu di kawasan Kemayoran, beberapa melihat dengan heran ada juga yang melambaikan tangan atau menyapa ramah.

Dari Kemayoran kearah Sunter, masuk Jl. Sunter Jaya Utara yang tembus ke Jl. Gaya Motor yang ujungnya berakhir di Jalan Jakarta Bypass (nama jadul) yang sekarang bernama Jl. Wiyoto Wiryono. Berputar dibawah jalan tol lalu belok kiri masuk jalan Plumpang Raya.

Saya berhenti diseberang Hotel Cemara Jaya diemperan Warung Bebek Rawit yang masih tutup.

20120519-002321.jpg

Jalan ini pasti ramai dan hiruk pikuk sekali waktu hari kerja, tapi pagi itu cukup lengang karena hari libur. Dalam perjalanan kali ini saya memang membawa kamera baru yang membuat saya jadi gemar mengambil gambar. Kegemaran baru ini membuat saya sering berhenti yang kemudian terbukti banyak membantu membuat kaki saya tidak keram seperti waktu perjalanan ke Serang tahun lalu.

Perjalanan lanjut menyusur jalan Plumpang Raya yang panjang, sampai ke simpang lima Tugu yang sudah cukup padat pagi itu. Masuk jalan Tugu Raya yang penuh dengan pangkalan Truk kontainer. Saya berhenti didepan kompleks Kampung Tugu yang legendaris. Saya sendiri sudah 2 kali kesitu bersama istri. Salah satunya ikut latihan bernyanyi keroncong bersama group keroncong Tugu pimpinan Andre Michiels. Sungguh suatu kehormatan luar biasa bagi saya bisa menyanyi diiringi Keroncong Tugu. Itu 5 tahun yang lalu, tahun 2007.

20120519-003747.jpg

Bersepeda disepanjang jalan Tugu Raya harus bersaing dengan puluhan truk kontainer yang kadang2 memang tidak mudah mengendalikan buntut trailer kontainer yang panjang, jadinya saya sering harus menyisih kepinggir kalau nggak ingin kepepet ujung trailer kontainer. Saya banyak melihat sopir truk kontainer itu banyak yang masih seperti anak2 yang masih sangat muda umur dua puluhan. Saya nggak habis pikir bagaimana mereka bisa lulus ujian SIM B-2 Umum yang mestinya perlu banyak pengalaman mengemudi kendaraan lebih kecil.

Di hampir semua pangkalan truk kontainer hampir selalu ada papan pengumuman dicari pengemudi truk kontainer, banyak yang ditambahi keterangan “tidak perlu pengalaman”. Nah.

Sampailah saya ke jalan Tol Cakung Cilincing yang entah kenapa tak kunjung selesai. Saya menyusur jalur lambatnya bersaing dengan puluhan truk kontainer yang saling susul. Memutar ke jalur lambat seberang masuk ke jalan Akses Marunda. Di pemutaran itu ada 3 preman yang tanpa malu2 setengah memaksa mengutip uang dari setiap kontainer yang memutar. Entah untuk apa karena waktu itu pemutaran sepi2 saja.

Saya pernah ke jalan Akses Marunda kurang lebih 10 tahun yang lalu untuk suatu training Sea Survival. Saya agak kaget karena kawasan yang dulunya gersang sekali sekarang cukup hijau dengan banyaknya pohon Maja yang ditanam. Cukup rimbun dan nyaman.

Disebuah jembatan saya seperti tidak bisa menghindar untuk berhenti dan mengambil gambar sebuah muara yang menurut saya cukup indah dengan deretan perahu nelayan yang sandar. Sungainya hitam dan bau namun tetap tidak menghalangi keinginan saya untuk mengabafikan secuil suasana kampung nelayan. He..he.. Lagi kumat hobi baru fotografi.

20120519-011821.jpg

Ini satu lagi. Gambar beberapa perahu nelayan yang sedang istirahat. Hari itu memang hari libur. Apa nelayan juga ikutan long weekend ya?

20120519-011928.jpg

Perjalanan lanjut menuju Marunda. Hari mulai panas. Walaupun hari itu Hari libur masih cukup banyak truk-truk kontainer yang lalu lalang.

Di sebuah pos Satpam milik Marunda Center saya berhenti lagi dan bertemu seorang Satpam yang bertugas disitu. Sepertinya baru pergantian shift pagi itu. Pak Kasan (atau Asan) orang asli Betawi Matunda katanya bertugas 12 jam sehari tanpa dapat overtime. Waktu saya beritahu bahwa kalau tugas diatas 8 jam sehari harusnya dapat overtime, dia agak heran. Katanya semua Satpam disini begitu, tugas 12 jam tanpa overtime. Istirahat juga disela-sela waktu dinasnya. Sepertinya banyak sekali pekerjaan seperti Pak Kasan yang belum mengerti hak2nya.

Perjalanan yang rencananya ke Batu Jaya, Karawang lanjut kearah Muara Tawar, tempat lokasi PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) milik PLN. Sebetulnya saya sudah nyasar waktu itu tapi nggak sadar. Lagipula memang ingin melihat dari dekat seperti apa sih PLTG itu.

20120527-111432.jpg

Disebelah PLTG Muara Tawar ada sebuah Masjid yang indah dan nyaman sekali. Didalamnya terasa amat sejuk walaupun itu termamat panas dan letaknya memang hanya beberapa puluh meter dari garis pantai.

Ini beberapa foto dari PLTG Muara Tawar.

20120527-111841.jpg

20120527-111921.jpg

20120527-112001.jpg

Leave a comment